Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil tindakan terhadap saham PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), yang dikenal dengan merek CGV Cinemas. Saat ini, saham BLTZ sedang dalam masa penangguhan atau suspensi sementara setelah melonjak sebesar 83,33% dalam sebulan terakhir. Selain itu, BLTZ juga masuk ke dalam papan pemantauan khusus BEI.
Harga saham BLTZ saat ini berada di level Rp 3.300 dan terakhir diperdagangkan pada hari Rabu (24/9). Peningkatan harga sahamnya bahkan mencapai 65% secara year to date (ytd). Perubahan ini menunjukkan bahwa ada minat besar dari para investor terhadap saham perusahaan tersebut.
Selain naiknya harga saham, BLTZ juga mendapat notasi khusus dari BEI. Notasi ini diberikan karena saham BLTZ memiliki likuiditas rendah. Kriteria untuk notasi tersebut adalah nilai transaksi rata-rata harian saham kurang dari Rp 5 juta dan volume transaksi rata-rata harian saham kurang dari 10 ribu saham selama enam bulan terakhir di pasar reguler.
Dari sisi kinerja keuangan, pendapatan BLTZ turun tipis sebesar 0,5% dari Rp 617,60 miliar pada semester pertama 2024 menjadi Rp 614,76 miliar pada semester pertama 2025. Namun, laba bersih perusahaan justru meningkat signifikan sebesar 155%, dari Rp 9,86 miliar menjadi Rp 25,21 miliar hingga semester pertama 2025.
Sementara itu, dari sisi neraca, jumlah ekuitas perusahaan mencapai Rp 412,85 miliar, sedangkan utang atau liabilitasnya mencapai Rp 1,43 triliun hingga semester pertama 2025. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki beban utang yang cukup besar.
Head of Finance BLTZ, Hartomo Putra, menjelaskan bahwa lonjakan laba bersih di tengah penurunan pendapatan disebabkan oleh inovasi dan efisiensi yang dilakukan perusahaan. Salah satu contohnya adalah penggantian proyektor lama berbasis lampu dengan proyektor laser. Dengan demikian, biaya pembelian lampu-lampu tersebut bisa dikurangi, sehingga memengaruhi peningkatan laba.
“Biaya pembelian lampu-lampu tersebut untuk tahun ini lebih menurun, hal itu berdampak ke laba kita yang jadi lebih meningkat dibandingkan di tahun sebelumnya,” ujar Hartomo dalam Public Expose secara virtual, Kamis (2/10).
Di sisi lain, perusahaan menyatakan bahwa hingga semester pertama tahun ini belum ada rencana untuk menambah jumlah bioskop. “Tapi untuk sampai akhir tahun, kami akan melihat juga kondisi. Kalau memang bisa memungkinkan ada penambahan, kami akan kejar untuk selesai di tahun ini. Tapi kami lihat, balik lagi,” kata Hartomo.
Perusahaan saat ini masih dapat mengandalkan pemasukan dari hasil operasional, sehingga belum membutuhkan tambahan modal kerja baru. Direktur BLTZ, Haryani Suwirman, menjelaskan bahwa terdapat tren positif pada lini bisnis lain perusahaan, termasuk food and beverage. Menurutnya, pendapatan dari segmen tersebut terus menunjukkan kenaikan seiring dengan minat pasar yang semakin besar.
“Kami percaya di tahun depan akan terus meningkat dan dengan inovasi-inovasi program promosi yang akan terus kami lakukan, kami harap kami bisa menaikan pendapatan dari market tersebut,” ujarnya.
Di tengah ketatnya persaingan industri bioskop, Head of Marketing, CRM & Digital CGV Cinemas Indonesia, Mandati Putri, mengungkapkan strategi perusahaan untuk menjaga daya saing. Menurutnya, pertama adalah menghadirkan lebih banyak alternatif konten yang hanya tayang di CGV atau dikenal dengan CGV Exclusive Content. Selain itu, perseroan juga akan memperkuat kerja sama dengan berbagai mitra yang memiliki basis pelanggan besar.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!